“Pendek Belum Tentu Stunting”? Mahasiswa KKN UNDIP Bantu Tingkatkan Optimalisasi Pertumbuhan Anak kepada Para Orang Tua

Wonotingal, Semarang (13/8). Stunting merupakan salah satu kondisi kurangnya asupan gizi pada anak yang saat ini masih sering dijumpai pada banyak keluarga. Berdasarkan salah satu survei, yaitu hasil Survei Status Gizi Indonesia pada tahun 2021 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia di tahun 2021, yaitu sebesar 24,4% atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018. Namun, penurunan tersebut masih menjadikan Indonesia sebagai negara dengan angka prevalensi stunting yang cukup tinggi dikarenakan masih berada di atas angka standar yang ditoleransi oleh WHO (Word Health Organizations), yaitu di bawah 20%.

Oleh karena itu, diperlukan keikutsertaan dan peran yang tinggi dari para orang tua maupun calon orang tua dalam memahami secara tepat terkait stunting. Permasalahan stunting atau gagal tumbuh seringkali masih sulit dibedakan dengan kondisi stunted (pendek) oleh masyarakat. Istilah “pendek belum tentu stunting” menjadi patokan yang sering disalahartikan oleh masyarakat, khususnya oleh para ibu. Stunting dan pendek adalah dua kondisi yang memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun keduanya memiliki kondisi kesehatan yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda. Kondisi gagal tumbuh ini diakibatkan oleh kurangnya gizi di seribu hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) dimana dapat berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut dewasa. Dengan demikian, stunting dapat dicegah apabila orang tua menyadari pentingnya asupan gizi serta merencanakan kehamilan dan pernikahan.

Menelisik atas permasalahan dan fenomena masyarakat tersebut, kami mahasiswa peserta KKN Tim II Undip 2021/2022 melakukan survey atas kondisi masyarakat di daerah penempatan kami, yaitu wilayah Wonotingal. Berdasarkan pengamatan kami, wilayah Wonotingal itu sendiri masih banyak memiliki warga yang berada di usia muda, namun telah memiliki anak kurang dari 7 tahun. Menanggapi kondisi tersebut, kami memutuskan untuk menyelenggarakan program multidisiplin bertemakan “Gerakan Optimalisasi Pertumbuhan Anak” dengan target utama kami, yaitu para orang tua murid dan siswa di TK 28 PGRI Wonotingal. Pemilihan target tersebut dengan dasar bahwa anak di tingkat TK saat ini masih berada pada fase tumbuh kembang anak sehingga perlu dioptimalkan pemahaman dari orang tua murid dan kesehatan anak. Program ini kami laksanakan pada tanggal 22 Juli 2022.

Program “Gerakan Optimalisasi Pertumbuhan Anak” ini terdiri dari dua agenda, yaitu pemberian edukasi mengenai stunting kepada para orang tua murid dan agenda pemeriksaan kesehatan kepada seluruh siswa TK dimulai dari tingkat TK A hingga TK B. Pemberian edukasi tersebut, yaitu mencakup penjelasan mengenai pemahaman dasar stunting, penyebab stunting, ciri-ciri stunting, potensi tinggi maksimm pada anak, dampak dari stunting, dan pencegahan stunting. Sementara itu, pemeriksaan kesehatan kepada para siswa, yaitu mencakup pengukuran LILA & LIKA, pengecekan kebersihan telinga, mulut, dan kuku. Data kesehatan anak tersebut nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dari pihak sekolah bekerja sama dengan pihak puskesmas untuk mengamati siswa yang berindikasi terhadap stinting.

Whats-App-Image-2022-08-14-at-1-33-32-AM

“Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa KKN yang telah memberikan edukasi kepada kami selaku orang tua murid dan pemeriksaan kesehatan kepada anak-anak. Melalui acara ini dari kami jadi bisa lebih membedakan, mana anak yang disebut dengan pendek dan mana anak yang bisa terkena stunting dan ternyata stunting begitu besar efek jangka panjangnya. Semoga atas apa yang telah disampaikan menjadi wawasan baru bagi para ibu-ibu,” tutur salah satu orang tua murid siswa TK A.

Melalui program ini diharapkan dapat selalu dilakukan secara berkala edukasi mengenai stunting kepada orang tua murid dan peeriksaan kesehatan sehingga dapat menurunkan angka prevalensi stunting dan hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) dari WHO, yaitu kehidupan sehat dan kesejahteraan.

Oleh :
Rafii Reyhan Alifandian
Galuh Tri Hanggoro
Bintang Radeza Putra
Khalda Kultsun Salsabila Rilanto
Yohanna Juniar Br. Simamora
Bella Averina Jonathan

DPL : Farid Agushybana, SKM, DEA, Ph.D.