CEGAH STUNTING MAHASISWA KKN UNDIP LAKUKAN PENDAMPINGAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA BALITA SERTA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KESEHATAN DAN PMBA (PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK) UNTUK MENCEGAH STUNTING
Gambar 1. Sosialisasi stunting oleh Ibu Yosi, Ahli Gizi dari Puskesmas Duren (Sumber: Dokumentasi Pribadi Milik Tim II KKN Undip Desa Kenteng)
Kenteng (01/08/2022) – Saat ini Indonesia masih mengalami permasalahan gizi buruk yang berdampak serius pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu permasalahan gizi yang sekarang ini masih menjadi permasalahan nasional adalah stunting. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka pravelensi stunting di Kabupaten Semarang tercatat sebesar 16,4%. Meskipun masih lebih rendah dari prevalensi stunting secara nasional, yaitu sekitar 24,4%, namun kondisi stunting masih tetap menjadi tugas yang harus segera dirampungkan.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak-anak di bawah 5 tahun ditandai dengan postur tubuh yang pendek di bawah rata-rata normal. Menurut WHO (World Health Organization) Child Growth Standart, anak dikategorikan sebagai stunted (pendek) apabila tinggi badan sesuai dengan usianya lebih dari dua standar deviasi di bawah median kurva pertumbuhan. Dengan mengusung tema “Pemeriksaan Kesehatan Balita dan Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita tentang Kesehatan dan PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak) untuk Mencegah Stunting”, mahasiswa KKN Tim II Undip mengadakan pendampingan dan sosialisasi mengenai stunting pada hari Senin, 1 Agustus 2022 di Balai Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Gambar 2. Pemeriksaan Tinggi Badan pada Anak-Anak Terindikasi Stunting (Sumber: Dokumentasi Pribadi Milik Tim II KKN Undip Desa Kenteng)
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa KKN Undip bekerjasama dengan pihak Desa Kenteng dan Puskesmas Duren untuk memberikan pendampingan dan sosialisasi kepada ibu dan balita yang terindikasi stunting di Desa Kenteng. Pemeriksaan kesehatan, dalam hal ini pemeriksaan berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk memantau grafik pertumbuhan anak. Untuk mendukung kegiatan tersebut, dilakukan pula pembagian PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak). Melalui kegiatan tersebut, diharapkan para orang tua memiliki kesadaran yang tinggi dan berperan aktif dalam mencegah kondisi stunting pada anak-anaknya.
Penyebab utama dari stunting sendiri adalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama dan asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Kekurangan gizi ini dimulai sejak bayi berada dalam kandungan hingga 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran). Masyarakat desa yang umumnya masih kurang memperhatikan hal ini dan seringkali masih menggunakan pola asuh lama yang sudah berjalan di keluarganya secara turun temurun dalam mengasuh anaknya diberi edukasi sehingga memiliki pengetahuan yang memadai.
Hal ini sangat krusial karena apabila tidak diatasi sedini mungkin, stunting dapat memberikan efek jangka panjang dan jangka pendek yang tentunya sangat merugikan. Dampak jangka pendek diantaranya perkembangan otak anak yang terganggu, berkurangnya kecerdasan pada anak, pertumbuhan fisik terganggu, dan metabolisme anak terganggu. Sedangkan dampak jangka panjang yaitu penurunan kognitif pada anak dan kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Selain itu, kondisi stunting juga dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, kanker, stroke, dan parahnya dapat menyebabkan disabilitas pada usia tua.
Adapun kegiatan sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Sebanyak kurang lebih 15 orang peserta mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh pihak Puskesmas Duren dengan saksama. Mahasiswa KKN Undip berharap bahwa melalui kegiatan ini, anak-anak yang sudah terindikasi stunting tidak mengalami perburukan gizi ataupun kondisi kesehatan yang akan merugikannya di kemudian hari.
Penulis : Destia Naufal Tsary
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) : Daud Samsudewa, SPt, M.Si, Ph.D., IPM
#KKNTimIIperiode2022
#p2kknundip
#lppmundip
#undip