Pestisida Organik dari Asap Cair untuk Mewujudkan Pertanian Organik di Desa Kataan

Kataan, Temanggung, Jumat (29/07/2022) – Pelaksanaan kegiatan KKN Tematik di Desa Kataan, Kabupaten Temanggung oleh Mahasiswa Universitas Diponegoro mengusung tema “Pengembangan Produksi Biofertilizer dan Biopestisida di Desa Kataan. Dalam tema KKN ini, bertujuan untuk mendukung Desa Kataan menjadi desa dengan sistem pertanian organik. Desa Kataan merupakan desa dengan mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sistem pertanian di Desa Kataan sendiri masih konvensional dan masih banyak menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Kita ketahui bahwa penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang terlalu sering dengan jumlah yang banyak dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan di antaranya yaitu pencemaran udara, tanah, dan air, adanya resistensi hama dan penyakit, adanya sisa-sisa bahan kimia sintetis yang menempel pada hasil panen, serta dapat meracuni manusia maupun makhluk hidup lain yang bermanfaat. Maka dari itu, perlunya sebuah inovasi untuk menggantikan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis khususnya penggunaan pestisida kimia sintetis.

Mahasiswa KKN Tematik Undip membawakan sebuah inovasi sebagai pengganti pestisida kimia sintetis, yaitu asap cair. Asap cair merupakan cairan yang terbentuk dari hasil kondensasi asap proses pirolisis atau pembakaran tidak sempurna bahan organik yang mengandung selulosa seperti tempurung kelapa. Manfaat asap cair untuk pertanian yaitu dapat dijadikan sebagai pestisida organik pada tanaman cabai yang merupakan komoditas unggulan Desa Kataan. Kelebihan asap cair ini yaitu memiliki spektrum yang luas atau dapat digunakan pada banyak jenis hama dan penyakit, tidak mencemari lingkungan karena terbuat dari bahan-bahan organik, serta mudah untuk diaplikasikan pada tanaman.

Asap cair ini diperkenalkan kepada petani di Desa Kataan melalui sosialisasi. Sosialisai dilakukan dengan menjelaskan mengenai sapa cair, bahan dan metode pembuatan, manfaat, serta beberapa contoh hama dan penyakit yang dapat dikendalikan. Tujuan dari sosialisasi selain untuk memperkenalkan asap cair, juga untuk menyadarkan para petani pentingnya pertanian organik untuk pertanian yang keberlanjutan. Selain sosialisasi, juga dilakukan demonstrasi atau praktik penggunaan asap cair sebagai pestisida organik tanaman cabai.

Praktik penerapan asap cair dilakukan di lahan pertanian cabai miliki Bapak Agus, sebagai Ketua Kelompok Tani di Desa Kataan. Cara penggunaan asap cair ini cukup mudah. Hanya perlu mencampurkan asap cair sebanyak 250 ml pada air sebanyak 14 liter kemudian ditambahakan perekat dari ekstrak lidah buaya sebanyak 250 ml. Kemudian diaduk-aduk hingga tercampur rata. Perekat ekstrak lidah buaya berfungsi untuk merekatkan asap cair agar tidak mudah larut oleh air. Asap cair yang sudah tercampur, kemudian tinggal disemprotkan saja pada tanaman cabai. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, ketika hama tidak banyak beraktivitas. Aplikasi untuk pencegahan dapat dilakukan 7 hari sekali dan untuk penanggulangan dapat dilakukan 4 hari sekali. Jika serangan hama penyakit sudah cukup tinggi dapat dilakukan setiap 2 hari sekali.

Manfaat asap cair bagi tanaman di antaranya yaitu dapat mengusir hama karena memiliki aroma yang menyengat. Kebanyakan hama tidak menyukai aroma yang menyengat dan aroma dari fenol. Asap cair juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Hal ini karena asap cair mengandung asam asetat, fenol, dan alkohol. Dimana kandungan tersebut dapat mengganggu sistem kerja dari mikroorganisme.

Penulis : Chabi Burrohman | Agroekoteknologi | Universitas Diponegoro

DPL : Satriyo Adhy, S.Si., M.T. dan Dr. Dra. Susiana Purwantisari, S.Si., M.Si.