Jelang BIAN Hoax Imunisasi Masih Beredar?! Mahasiswa KKNT UNDIP Sosialisasikan Budaya Tanggap Hoax

Sosialisasi budaya tanggap hoax dengan output brosur

Boyolali (13/8) – Imunisasi lengkap yang diberikan untuk anak secara rutin sangat penting untuk dilakukan karena dengan cara tersebut dapat meningkatkan kualitas derajat kesehatan anak serta dilakukannya imunisasi, anak akan terhindar dari risiko penyakit menular. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap (IDL) pada anak (usia 12-23 bulan) menurun dari 59,2% (2013) menjadi 57,9% (2018). Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa sekitar 6 juta anak dengan usia 12-23 bulan hanya sekitar 2 juta anak yang melakukan imunisasi lengkap. Sedangkan yang tidak/belum melakukan imunisasi lengkap cukup banyak, sehingga dengan data tersebut dapat menjadi kekhawatiran untuk masa depan kesehatan anak.

Ketidakberhasilan program imunisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satu nya yaitu stigma atau krisis kepercayaan masyarakat yang menurun seperti penundaan atau penolakan terhadap program imunisasi. Pengetahuan yang salah terhadap imunisasi membuat sejumlah orang tua memilih untuk tidak memberikan imunisasi kepada anaknya sama sekali.  Media sosial sekarang merupakan salah satu bagian dari kebutuhan manusia yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas sehari-hari, tidak jarang banyak media-media atau akun-akun yang menyebarkan berita atau informasi tidak benar / hoax kepada masyarakat yang dengan mudahnya masyarakat menyerap informasi tersebut tanpa mencari tau kebenarannya.

Kemajuan teknologi menyebabkan berbagai informasi dengan mudah dan cepat dapat tersampaikan kepada berbagai elemen masyarakat bahkan tanpa bertatap muka sekalipun. Informasi yang tersebar dan diserap masyarakat seringkali belum difilter dengan baik. Netizen seringkali mendapat informasi atau berita dari internet dan ditelan secara mentah-mentah yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi proses berpikir dan bertindak seseorang atau kelompok.

Seperti berita-berita palsu mengenai imunisasi yang belakangan ini seringkali lewat di grup Whatsapp, situs berita, dan media sosial lainnya. Hoax imunisasi yang masih beredar di masyarakat membuat sejumlah orang tua memiliki interpretasi yang salah terhadap adanya program-program imunisasi yang telah dicanangkan oleh Kemenkes RI, salah satunya BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) yang diadakan pada Bulan Agustus 2022.

Pembagian brosur budaya tanggap hoax

Hoax masih menjadi tantangan berat bagi masyarakat Indonesia, sehingga melalui KKN Tematik x Unicef tersebut Mahasiswa UNDIP melakukan sosialisasi budaya tanggap hoax terhadap beredarnya berita imunisasi yang tujuannya yaitu untuk membantu pemerintah dalam mensukseskan BIAN (Bulan Imunisasi Anak) sebagai salah satu upaya untuk menangkal pemberitaan negatif mengenai imunisasi baik secara langsung maupun melalui media sosial. Budaya tanggap hoax merupakan salah satu sikap, perilaku, dan pengetahuan yang harus dimiliki seseorang. Oleh karena itu budaya tanggap hoax perlu ditekankan dan menjadi tameng seseorang untuk menyikapi dan dapat terhindar dari hasutan informasi palsu.

Penyerahan output produk lembar balik

Bagaimana menanamkan budaya tanggap hoax?

  • Tidak asal sharing konten baik foto, video, maupun jarkom dari kerabat yang sumber nya tidak jelas.
  • Tidak menelan mentah-mentah informasi yang didapat dari internet maupun omongan orang lain.
  • Melakukan klarifikasi kebenaran suatu informasi terutama di grup Whatsapp keluarga agar kerabat juga terhindar dari berita palsu.
  • Analisis informasi dengan akal sehat, pastikan keaslian dan kredibilitas situs mulai dari penulis dan media atau lembaga penerbit secara jelas.

Diharapkan dengan dilakukannya program tersebut masyarakat dapat meningkatkan kepercayaannya kepada kebutuhan imunisasi anak dan ikut serta dalam melakukan imunisasi lengkap sebagai investasi masa depan anak untuk meningkatkan derajat kesehatan serta terhindar dari penyakit yang menular.

Output program berupa brosur budaya tanggap hoax

Penulis : Nur Wachid Ramadlan / Antropologi Sosial

DPL : dra. Ana Irhandayaningsih., M.Si dan Dr. Cahya Tri Purnami., SKM, M.Kes

Lokasi KKN : Kecamatan Banyudono