PEMBUATAN CAMPURAN BUMBU RASA UNTUK KERUPUK PETAI, MAHASISWI KKN TEMATIK UNDIP MENGINSIRASI UNTUK MEMBUAT CAMPURAN BUMBU RASA PADA OLAHAN KERUPUK PETAI

Kerupuk merupakan salah satu produk olahan tradisioanal yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Mudah diperoleh dan dijual dengan harga murah.  Kerupuk memiliki tekstur yang reyah dan garing yang dapat dikonsumsii sebagai makanan selingan maupun variasi dalam lauk pauk. Petai adalah salah satu tanaman tropis. Tanaman ini memiliki aroma yang khas dengan penampakan fisik berupa biji petai yang terbungkus dalam kulit tanaman berwarna hijau yang memiliki panjang 30-45 cm. Biji petai mengandung nutrisi yang tinggi, antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin Cvitamin B, dan vitamin E yang cukup tinggi.

Mahasiswa KKN Tematik Undip membantu dalam melakukan produksi kerupuk petai yang sangat mudah terdiri dari beberapa tahapan yaitu, persiapan alat dan bahan, penimbangan bahan, pembuatan adonan,  pengukusan, pendinginan, pemotongan, penjemuran, penggorengan, pengemasan, pelabelan. Selain itu dalam pembuatan campuran bumbu rasa memerlukan bahan seperti, bawang putih, cabe kering, daun jeruk, dan minyak bawang. Produksi kerupuk petai dilakukan dirumah mitra ibu Mahmudah selaku salah satu warga desa sambeng. Dalam produksi kerupuk petai biasanya membutuhkan 1kg biji petai yang menghasilkan kurang lebih 40-50 pcs dengan harga yang terjangkau Rp.7.500/pcs rasa original dan Rp.8.000 rasa pedas daun jeruk dengan menjual atau menitipkan pada toko terdekat, pasar, selain itu juga bisa di beli melalui media sosial seperti, market place, shoper, dan Instagram, Sehingga dapat memudahkan masyarakat atau pecinta petai untuk membeli atau mencoba produk “Monte” yang diprodukai secara langsung oleh salah satu warga Sambeng.

Pembuatan bumbu untuk kerupuk petai bertujuan untuk memberikan rasa yang gurih dan umami pada kerupuk petai yang sudah di goreng. Produk kerupuk petai lebih menarik dengan variasi bumbu selain menambah rasa juga menambah warna sehingga terlihat menarik untuk dikonsumsi.

Penulis: Oktaviana Budi Cahya (Teknologi Pangan/FPP/UNDIP)

DPL    : Arwinda Nugraheni S.KM, M.Epid.