Cerita dan Kisah UMKM Desa Kendalsari
“Setinggi apapun pangkat yang kita miliki, anda hanyalah tetap seorang pegawai tetapi sekecil apapun usaha yang anda punya, Anda adalah bosnya.”
–Bob Sadino
UMKM merupakan Usaha Kecil Mikro dan Menengah. Di Desa Kendalsari, masyarakatnya sudah banyak yang melakukan usaha-usaha kecil yang dilakukan di rumahnya masing-masing. Setalah dilakukannya survei dan dari data perangkat desa bahwa ada beberapa UMKM yang sudah ada di Desa Kendalsari ini. Adapun beberapa UMKM yang ada di Desa Kendalsari, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang yaitu sebagai berikut :
- Usaha Tempe

Pengusaha atau pembuat tempe yang ada di Desa Kendalsari adalah seorang ibu yang berumur 64 tahun bernama Ibu Tasmini. Alamat usaha pembuatannya yaitu di Dusun II, RT 01 RW 03, Sikuwang, Kendalsari. Beliau sudah berjualan selama 20 tahun dan dilakukan sendiri dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Usaha tempe beliau sudah terkenal di Desa Kendalsari karena beliau memfokuskan usaha tempenya di Desa Kendalsari ini dengan cara berkeliling desa dengan bersepada. Beliau juga menerima pesanan masyarakt jika adanya kegiatan-kegiatan yang besar di Desa Kendalsari.Biasanya Ibu Tasmini dapat menghabiskan kacang kedelai sebanyak 5 kg dalam sekali pembuatan diimana pembuatan tempe dilakukan setiap hari. Biasanya beliau memasarkan jualannya mulai dari jam 08.00-11.00 WIB karena pada sore harinya beliau melakukan pembuatan tempe. Biasanya hasil jualan tempe beliau habis tetapi masih banyak masyarakat yang membeli dengan utang. Hasil dari penjualaan beliau biasanya bisa mendapatkan Rp.25.000-40.000 tetapi masih hasil kotor atau belum diperhitungkan dengan bahan dan lain sebagainya.
Cara pembuatan tempe yang dilakukan oleh beliau sangatlah sederhana tanpa menggunakan mesin canggih melainkan menggunakan alat-alat sederhana yang ada di rumah. Pembuatan tempe yang dilakukan adalah pertama beliau merendam bahan baku berupa kacang kedelai ditunggu dalam beberapa jam kemudian selesai dzuhur atau selesai direndam kacang kedelai tersebut kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. Setelah kacang kedelainya kering sore harinya dicampurkan ragi dan dimasukkan ke daun pisang dan ditunggu selama semalaman dan besoknya siap untuk dijual.
Masalah yang biasanya dihadapi adalah cuaca yang tidak menentu karena tempe dalam cuaca yang berlebih seperti lebih panas ataupun dingin tidak menghasilkan tempe yang bagus.

2. Usaha Peyek
Pengusaha atau pembuat peyek yang ada di Desa Kendalsari adalah seorang ibu yang berumur 65 tahun bernama Ibu Yati. Alamat usaha pembuatannya yaitu di Dusun IV, RT 06 RW 04, Kendalsari. Usaha peyek beliau sudah dikenal di masyarakat Desa Kendalsari dan bahkan hingga luar kota yaitu Palembang. Peyek beliau terdiri dari berbagai macam jenis seperti peyek kacang tanah, peyek kacang ijo,dan lain sebagainya.Komposisi yang biasanya digunakan beliau dalam pembuatan peyek tersebut adalah tepung, telur, kacang,santan dan lain sebagainya. Harga dari tiap satuan jualannya yaitu berkirar Rp.5.000,- hingga Rp.50.000,- menurut sizenya. Biasanya beliau membeli bahan dari warung-warung yang ada di Desa Kendalsari.
Dalam proses pembuatannya biasanya beliau dibantu oleh suaminya dan dalam pembuatannya masih menggunakan alat-alat yang sederhana. Biasanya beliau menjual peyeknya di warung-warung dekat rumah, hajatan dan lain sebagainya. Kendala yang didapatkan oleh beliau yaitu kurangnya tenaga kerja dalam pembuatan dan pemasaran peyeknya.

3. Usaha Cimpring
Pengusaha atau pembuat cimpring yang ada di Desa Kendalsari adalah seorang nenek yang berumur 73 tahun bernama Nenek Laha. Alamat usaha pembuatannya yaitu di Dusun IV, RT 06 RW 04, Kendalsari. Usaha peyek beliau sudah dikenal di masyarakat Desa Kendalsari. Usaha beliau sudah berjalan lebih dari 2 tahun dan mendapat modal dari KBN.Bahan utama dari cimpring ini adalah berupa singkong dengan komposisi cabe, pati, aci dan lain sebagainya. Cimpring ini biasanya terlebih dahulu di jemur selama 2 hari. Biasanya beliau menjual usahanya di warung-warung yang terdekat dan biasanya dijual Rp.10.000,- per bungkusnya.


Dalam pembuatannya beliau masih menggunakan alat sederhana seperti masih menggunakan tungku dan beliau mengatakan kendala dalam pembuatannya yaitu tenaga dan umurnya yang sudah tua.
Editor: Yanuar Yoga Prasetyawan, M.Hum.