Pembuatan dan Pengembangan Folklore sebagai Aset Desa di Kelurahan Bapangan
Jepara, Folklore merupakan gabungan dari dua kata Folk dan Lore, Kata Folklore Berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu seperti kebudayaan, fisik yang membedakan dengan kelompok lainnya. Lore adalah kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan maupun Isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Desa Bapangan merupakan salah satu desa yang berada di kabupaten jepara. Pada bulan feburari dilakukan kegiatan pelatihan pembuatan dan pengembangan cerita rakyat oleh tim pengabdian masyarakat dari Universitas Diponegoro. Kegiatan ini dilaksanakan di bali desa Bapangan yang dihadiri oleh pengurus kelurahan dan tokoh masyarakat. Pada kegiatan ini disampaikan bagaimana pendataan cerita cerita rakyat yang belum di bukukan atau ditulis kedalam suatu dokumen. Pada kegiatan ini diajarkan bagaiaman cara pengumpulan sastra lisan yang benar sehingga pengarsipan sebuah sastra lisan atau Folklor dari suatu kolektif berjalan dengan lancar dan berjalan dengan semestinnya. Cara Pembuatan Naskah Folklor Bagi Pengarsipan
Setiap bahan folklor atau item yang talah dikumpulkan harus ditik spasi rangkap di atas kertas HVS tebal dengan ukuran kuarto (21 cm x 28 cm). Jangan sekali-kali menggunakan kertas tipis (doorslag) dan pita tik yang digunakan harus baru serta naskah yang disimpan dalam arsip harus cetakan asli bukan tembusan. Ketentuan-ketentuan yang perlu bagi pengarsipan folklor nantinya, yakni:
- Pada setiap lembar kertas tik di sebelah kiri harus diberi jarak kosong selebar 3 1/2 cm dan di sebelah kanan 2 1/2 cm. Pada bagian atas dan bawah diberi jarak kosong masing-masing selebar 3 ½ cm. Setiap alinea baru harus dimulai dengan lima ketukan kosong.
- Pada setiap lembaran kertas pertama harus dibubuhi beberapa keterangan:
- Pada sudut kiri bagian atas kertas harus dibubuhi paling sedikit tiga keterangan, yaitu:
- a) Genre (misalnya kepercayaan)
- b) Daerah asal genre itu (misalnya Sumatra Barat)
- c) Suku bangsa yang memilikinya (misalnya Minang Kabau)
Keterangan yang lebih mendetail sudah tentu sangat diharapkan, seperti misalnya: Minang Kabau, Bukit Tinggi dan lain-lainnya. Semua keterangan itu jika mungkin ditik dalam satu deret.
- Pada sudut kanan bagian atas harus dibubuhi keterangan mengenai informan yang ditik dari atas ke bawah, dengan urutan sebagi berikut:
- a) Nama, umur, dan jenis kelamin yang ditik pada baris teratas (misalnya: Kliwon, 22 th. Laki-laki).
- b) Pekerjaan, kebangsaan, suku bangsa, dan tempat lahir (misalnya: pedagang, Indonesia, di Klaten Jawa Tengah).
- c) Bahasa yang dikuasai informan dicantumkan dengan urutan, yang paling dikuasai diletakan paling depan (misalnya: Jawa, Ingris dan Arab).
- d) Tempat bahan ini diperoleh dari si informan oleh pengumpul folklor (misalnya: warung kopi di Blora, Jawa Tengah).
- Pada sudut kanan sebelah bawah harus dibubuhi keterangan mengenai pengumpul folklor, yang ditik dari atas ke bawah dengan urut-urutan sebagai berikut:
- a) Nama, suku bangsa, umur dan jenis kelamin.
- b) Alamat sementara dan alamat tetap.
Penjelasan
- Jika isi sangat panjang dan lebih dari satu lembar kertas, maka halaman selanjutnya harus diberi nomor halaman, namun keterangan-keterangan yang lain tidak usah dicantumkan lagi. Cukup nama informan dan pengumpul saja yang dicantumkan pada sudut kanan atas dan sebelah bawah. Keterangan lengkap hanya dibubuhkan pada lembaran pertama saja dari setiap item.
- Semua lembaran kertas digabungkan dengan stapler, sehingga bagian-bagiannya tidak tercerai-berai.
- Jika informasi didapat dari pengetahuan sendiri yang ia pernah dengar atau amati sewaktu masih kecil. Maka sebagai pengganti keterangan mengenai informan harus dicantumkan keterangan mengenai dirinya (pengumpul folklor), yaitu, pada tempat nama informan ditulis “saya sendiri”, 32 th., dan seterusnya.
- Jika informan keberatan memberikan informasi usia, maka dapat dicantumkan umur dugaan, misalnya tiga puluh tahunan dan sebagainya.
- Pada setiap naskah kolektif folklor harus mengandung tiga macam bahan, yaitu:
- Teks bentuk folklor yang dikumpulkan
- a) Jika dikumpulkan adalah lagu rakyat (folksong), maka harus dibubuhi not musik lagunnya (not balok dan not anggka), dan liriknya diletakan tepat dibawah notnya.
- b) Jika yang dikumpulkan adalah tarian rakyat, atau permainan rakyat, maka harus digunakan notasi tari atau gerak seperti yang telah dikembangkan oleh Laban atau Benesh (labanotation atau benes notation).
- c) Jika folklor lisan teksnya merupakan karangan terikat(fix pharase) seperti puisi, teka-teki bersajak, bidal peribahasa, pepatah, kata arif, pemeo, pantun, belada, epos dan sebagainya, harus dicatat dalam bahasa aslinya (Sunda, Aceh dan sebagainya), kemudian diberi dua macam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan pertama adalah terjemahan kata demi kata, yang diletakan tepat dibawah masing-masing kata. Terjemahan yang kedua adalah per kalimat. Bagi teks karangan bebas (free phrase ) prosa, bahasa aslinya tidak perlu dicatat hanya terjemahannya yang dicatat dan inipun cukup hanya terjemahan macam ke dua yaitu terjemahan isinya.
- d) Bagi teks karangan terikat seperti puisi harus di buuhi tanda iramanya seperti tanta “-” (arsis) untuk bagian kata yang mendapat tekanan keras dan tanda “u” (thesis) untuk bagian kata yang mendapat tekanan lembut.
- e) Jika si pengumpul hendak menembahkan bahan-bahan hasil pengumpulan lainnya seperti pita rekaman suara vidio, foto atau film gambar hidup dan benda-benda hasil kerajinan tangan boleh saja, asalkan bahan-bahan itu hanya merupakan pelengkap teks saja bahan-bahan itu tidak boleh dipergunakan sebagai penganti teks tertulis di dalam pengarsipan. Setiap bahan folklor yang direkam dengan tapc recorder harus ditranskripsikan ke dalam kertas tik.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan cerita cerita rakyat dapat menjadi asset bagi desa di Bapangan Jepara. Petinggi kelurahan Bapangan menyambut baik dari kegiatan ini dan diharapakan kegiatan seperti ini dapat berjalan secara berkelanjutan.