Pengrajin Batik Tulis Desa Kebonsari Kian Berkurang
Kebonsari-Karangdadap (Sabtu, 20 Juli 2019) – Batik tulis merupakan kerajinan khas nusantara yang memiliki corak yang beranekaragam. Terbuat dari lilin atau malam yang dilelehkan, lalu dituliskan dengan menggunakan canting ini memiliki keunikanya sendiri, kain batik yang dibuat memiliki corak yang indah dan memiliki makna didalamnya. Corak dan pewarnaan pada batik tulis ini pun patut diacungi jempol, pasalnya proses pembuatanya yang rumit dan memerlukan ketekunan dalam proses pembuatanya untuk membuat satu lembar kain batik tulis. Belum lagi pewarnaannya yang bergantung pada pengkombinasian warna yang diiinginkan, yang memerlukan waktu yang cukup lama.
Dengan pemrosesan batik tulis yang cukup rumit, menyebabkan perkembangan pembuatan batik dengan menggunakan metode tulis pun jarang diminati kembali dan para pengrajin lebih memilih metode cap. Hasil produksi lebih cepat dan pendistribusian kepada konsumen pun tetap terjaga. Hal ini membuat para pengrajin batik tulis menjadi sangat berkurang.
Salah satu pengrajin batik tulis di desa Kebonsari yaitu istri dari mantan kepala desa Kebonsari. Beliau membuat batik tulis hanya berdasarkan pesanan saja, seperti pesanan yang digunakan sebagai kain sarimbitan (seragam) atau kain untuk acara pernikahan “Iya ini saya sedang membuat pesanan saja yang jumlahnya 3 buah, kalau tidak ada pesanan ya saya ndak batik” tutur beliau. Harga yang dibandrol untuk satu lembar kain batik sekitar 500 ribu rupiah sampai satu juta rupiah tergantung dengan kerumitan motif, warna, jenis kain serta lebar kain yang dipesan.
Editor Solikhin