Mahasiswi KKN Desa Kedungringin Mengajak Ibu-Ibu Dusun Boro Lor Berwirausaha
Suruh (21/07) – Mahasiswa KKN Tim II UNDIP tahun 2019 melaksanakan beberapa program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan di rumah kepala Dusun Boro Lor dengan tiga Dosen Pendamping Lapangan yaitu Dr. Ir. Suryanti, M,Pi, Dr. Eng. Agus Setyawan, M.Si, Arwinda Nugraheni, SKM, M.Epid. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu di lingkungan dusun Boro Lor yang sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Edukasi tentang wirausaha dipaparkan oleh Jihan Hanifah dari departemen Manajemen yang berlangsung interaktif. Dalam hal ini dipaparkan tentang tips, trik, dkk tentang berwirausaha serta pemberian ide tentang berwirausaha yang disampaikan oleh Annisa Syifaurrahma dan Sri Lestari.
Ajakan untuk berwirausaha kepada ibu-ibu di sekitar dusun Boro Lor yang ternyata masih 1-2 orang yang baru mempunyai usaha. Karena dengan berwirausaha dapat membuka lapangan kerja baru dan dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Pemberian motivasi untuk berwirausaha yang dimulai dengan modal kecil dan modal tersebut diputar sehingga terus berlanjut. Melihat masih kurangnya partisipasi ibu-ibu dalam berwirausaha mendorong para mahasiswi KKN untuk memberikan edukasi agar mulai berwirausaha. Banyak ibu-ibu yang merasa akan takut gagal dalam bermulai usaha, takut mengalami kerugian atau tidak balik modal, dan banyaknya waktu untuk mengurus anak dirumah. Hal ini menjadi alasan ibu-ibu sekitar tidak memulai membuka usahanya. Pemaparan tersebut diberikan agar ibu-ibu tidak takut gagal dalam memulai usahanya, karena memang diawal membuka usaha tidak langsung balik modal 100% sehingga perlu adanya pengelolaan keuangan agar jelas modal yang dikeluarkan, dan pendapatan yang masuk secara jelas, mengajak ibu-ibu yang lebih banyak waktunya dalam mengurus anaknya agar membuka usaha dengan system online karena dengan gadget, sebagai reseller melalui aplikasi facebook untuk mencari first hand bisnis tersebut. Membuka usaha yang dilakukan sesuai dengan hobi juga dapat lebih semangat dikerjakannya seperti hobi memasak dapat membuka usaha dibidang kuliner seperti catering rumahan.
Ide berwirausaha bisa diawali dengan memanfaatkan limbah yang didapat di sekitar lingkungan. Minyak jelantah yang merupakan penggorengan minyak yang berulang-ulang dapat diolah menjadi suatu barang yang bernilai. Kandungan lemak yang terkandung dalam minyak jelantah dapat diolah menjadi sabun dengan menambahkan basa (alkali) dan air sehingga terjadi proses saponifikasi. Sebelum dilakukan pengolahan, minyak jelantah dipanaskan dengan jahe yang telah diiris untuk mengurangi bau yang tidak sedap. Proses untuk membuat sabun tergolong mudah karena bahan-bahannya mudah didapatkan. Pertama, dilakukan pencampuran soda api (NaOH) dengan air suling sampai larut. Soda api berfungsi sebagai basa yang bisa didapatkan dengan mudah di toko bangunan. Setelah larut, campuran tersebut ditambah dengan minyak jelantah hasil saringan dan diaduk sampai mengental. Untuk menambah wangi yang merupakan karakteristik dari sabun, bisa dilakukan penambahan fragrance oil dan diaduk kembali. Setelah tercampur merata, dimasukkan ke dalam cetakan yang unik untuk menambah nilai jual. Proses pengeringan dilakukan selama 2 hari, dan sabun bisa dikeluarkan dalam cetakan. Namun, perlu menunggu waktu 7-14 hari sabun siap digunakan. Kegiatan ini berlangsung interaktif di mana warganya dapat mencoba secara langsung proses pengolahan minyak jelantah menjadi sabun.
Selain pembuatan sabun untuk memanfaatkan limbah minyak jelantah, wirausaha dapat dilakukan dengan mengolah bahan pangan biasa menjadi produk yang istimewa seperti tempe. Tempe sudah menjadi makanan khas Indonesia yang banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak sebagai lauk. Selain rasanya yang enak, tempe memiliki nilai gizi yang tinggi terutama protein. Tempe biasa dimasak menjadi tempe goreng, tempe mendowan atau korek tempe. Olahan tempe sejauh ini diketahui hanya sebatas itu saja oleh kebanyakan masyarakat. Padahal, tempe apabila dapat diolah secara kreatif dapat meningkatkan nilai jualnya, seperti camilan cheese stick tempe. Olahan tergolong sederhana, karena cukup mencampurkan tempe yang telah dihaluskan dengan bahan lain kemudian digilas tipis, dipotong dan digoreng. Supaya lebih menarik dan mempertahankan masa simpannya, produk dapat dikemas dalam plastik dengan label produk. Produk cheese stick tempe ini dapat dijadikan ide berwirausaha karena rasanya dapat diterima oleh banyak kalangan, namun juga tetap sehat karena berasal dari bahan yang memiliki nilai gizi tinggi. Ibu-ibu yang diberikan edukasi demo memasak cukup antusias, beberapa turut mencoba pembuatan cheese stick tempe