Gali Potensi Desa, Tim II KKN UNDIP 2019 Melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GRNM) Deklarasikan Desa Nyemoh sebagai Desa Toleran
Nyemoh, Kab. Semarang – Pencanangan potensi Desa Nyemoh menjadi ‘Desa Toleran’ tengah menjadi salah satu perhatian Tim II KKN UNDIP 2019 dalam aktifitas pengabdian masyarakat. Selama bulan Juli-Agustus 2019, Tim II KKN UNDIP 2019 bekerja sama dengan Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental mengembangkan desa toleran melalui program KKN.
Desa dengan luas wilayah 191. 210 m2 ini dihuni oleh 1744 jiwa warga beragama muslim, 220 jiwa warga beragama kristen, dan 4 jiwa warga katolik. Ketiganya hidup berdampingan secara damai dan tentram. Berbeda dengan desa lain, Desa Nyemoh memfasilitasi tempat ibadah secara lengkap berupa 2 gereja dan 5 masjid agar warganya dapat beribadah dengan nyaman.
“Saya sangat mendukung ya. Karena ini kan juga program pemerintah Pak Jokowi bahwa membangun Indonesia tidak cukup dengan pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan manusia. Alhamdulilah Nyemoh sudah memfasilitasi tempat ibadah yang sesuai.” Ujar Ibu Siti Mariyah Ulfa selaku Kepala Desa Nyemoh
Berjarak 15 km dari Tuntang, Desa Nyemoh Kecamatan Bringin ini seakan tak pernah ‘mati’ bertoleransi. Antar umat satu dengan yang lainya saling menghormati dan bergotong royong tanpa pernah terjadi konflik. Bahkan, jiwa gotong royong juga ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Salah satu contohnya adalah ketika ada acara kerja bakti, pernikahan, hingga kematian semuanya berkumpul dan membantu tanpa melihat background agama. Meski terkesan sederhana, cara ini mampu merekatkan warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani hingga saat ini.
Kegiatan ibadah ketiga agama juga berlangsung secara aman dan nyaman tanpa adanya hambatan. Kristen dan katolik rutin melakukan ibadah minggu pagi dan pendalaman alkitab, sedangkan islam melaksanalan sholat 5 waktu dan pengajian setiap satu minggu sekali.
“Hingga saat ini belum pernah terjadi konflik karena kita tidak pernah membeda-bedakan agama. Semuanya sama dan semuanya saudara. Kita saling menghormati dan membantu satu sama lain.” Ungkap Bapak Sunaryo Kepala Dusun Wonorejo, Desa Nyemoh.
Kemajemukan dan keanekaragaman di Indonesia tidak sedikit menimbulkan pertikaian antar umat. Meski memegang prinsip Bhineka Tunggal Ika, tidak jarang agama masih menjadi isu-isu sensitif di kalangan masyarakat. Dengan melihat eratnya hubungan antar umat dalam Desa Nyemoh, mahasiswa Tim II KKN UNDIP 2019 mendeklarasikan Desa Nyemoh memiliki potensi sebagai desa toleran.
Hal ini sesuai dengan salah satu program Gerakan Nasional Revolusi Mental yakni Program Gerakan Indonesia Bersatu yang dapat memperkukuh kedaulatan, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa. Gerakan Nasional Revolusi Mental merupakan bagian terpenting untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan Pancasila. Karena dasar fundamental untuk menjadi bangsa besar dimulai dari pembangunan karakter manusiannya. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
“Saat ini yang sering terjadi adalah merosotnya rasa toleransi antar ras dan agama. Maka dari itu, ini merupakan sebuah potensi luar biasa yang perlu dikembangkan. Semoga seterusnya tidak pernah ada konflik antar umat di Desa Nyemoh.” Ujar Naufal Yudistira selaku Koordinator Tim II KKN UNDIP 2019
Pendeklarasian potensi desa dilakukan secara bertahap di 5 dusun yakni Kuncir, Nyemoh Timur, Nyemoh Barat, Wonorejo, dan Tunggul. Kegiatan dimulai pada Senin (5/8) pukul 18.30 pada saat pengajian dan kumpul RT tiap dusun. Kegiatan deklarasi nantinya berakhir pada tanggal 11 Agustus mendatang.
“Jadi nanti sistemnya kita ngisi di acara pengajian, kumpul rt dan pendalaman alkitab. Memang lengkap dan detail karena kita ingin pendeklarasian ini dapat menembus seluruh lapisan masyarakat.” Ujar Monica Pratiwi Simbolon, Mahasiswa Teknologi Pangan Undip 2016.
Awalnya deklarasi diisi oleh pemaparan materi dari mahasiswa akan pentingnya toleransi, kemudian fakta-fakta tentang toleransi yang terjadi di Desa Nyemoh, dan terakhir ditutup dengan foto bersama warga. TIM II KKN UNDIP 2019 menganggap bahwa sebenarnya implementasi Gerakan Nasional Revolusi Mental di Desa Nyemoh dalam hal toleransi sudah baik dan terdapat aksi nyata, Tim II KKN UNDIP selanjutnya mengembangkan agar seterusnya sikap ini dapat terjaga sehingga menciptakan kedamaian dalam masyarakat.
“Alhamdulilah saya sangat antusias terhadap program mbak dan mas KKN tentang pentingnya hubungan sosial antar umat beragama. Semoga desa lain dapat menyusul sehingga negara Indonesia tercinta kita juga lebih damai.” Ujar Ibu Sri Lestari Warga Dusun Kuncir, Desa Nyemoh.
Dengan adanya pencanangan potensi desa toleran dalam Desa Nyemoh diharapkan Gerakan Nasional Revolusi Mental dapat terus bergaung dan berdampak positif terhadap masyarakat. Komitmen dan tindakan nyata dibutuhkan untuk memastikan Gerakan Nasional Revolusi Mental dapat berjalan dan berdampak positif pada pembangunan dan pembentukan karakter masyarakat Indonesia khususnya Desa Nyemoh. (Mahasiswa KKN UNDIP Tim II tahun 2019 Desa Nyemoh, Kec. Bringin, Kab. Semarang)
Editor: Nikie