Sudah Ekspor ke Luar Negeri, UMKM Anggur Japerejo Ini Terbesar di Jawa Tengah

Kamis (09/1/2020) Tim KKN 1 Desa Japerejo mengunjungi UMKM perkebunan anggur di Dukuh Sengkan, Desa Japerejo. Perkebunan yang dimiliki oleh Pak Yusuf ini sudah ada sejak 4 tahun lalu dan merupakan perkebunan anggur pertama di Desa Japerejo. Tidak hanya memasarkan buah anggur hasil perkebunannya, Pak Yusuf dan kedua pekerjanya juga menjual bibit-bibit anggurnya. Bahkan untuk penjualan bibitnya saja sudah mencapai Brunei Darussalam, dan juga Papua sebagai penjualan terjauh di dalam negeri.

Dalam diskusi yang dilakukan Tim KKN Desa Japerejo dengan Pak Yusuf dan seorang pekerjanya, Pak Reza, diketahui terdapat beberapa kendala dalam perkebunannya. Tentunya serangan hama termasuk salah satu kendala tersebut—seperti ulat, kumbang malam, dan juga burung kutilang—namun ternyata musim hujan juga menjadi kendala besar dalam perkebunannya. Pak Yusuf mengatakan bahwa curah hujan yang tinggi menurunkan kualitas hasil panennya. Sehingga untuk membuatnya tetap berkualitas, buah-buah anggur tersebut harus dibiarkan lebih lama dipohonnya dan menjadi kisut. Musim hujan juga memaksa Pak Yusuf membangun greenhouse untuk perkebunannya agar dapat meminimalisir munculnya jamur dan menghindari buah anggur rusak dihantam air hujan. Pasalnya ketika jamur sudah menyebar di suatu tanaman anggur, tanaman tersebut tidak dapat tertolong dan terpaksa dibiarkan rusak. Selain musim hujan, jenis tanah perkebunan juga sangat penting bagi perkebunan anggur. Untuk memastikan air bisa terus mengalir dan tidak menggenang, dibutuhkan media tanam yang dibuat seporus mungkin, sehingga tanah berpasir menjadi opsi terbaik. Sedangkan jenis tanah di perkebunan Pak Yusuf merupakan tanah liat, sehingga diakuinya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam perawatan kebunnya.

Namun terlepas kendala-kendala tersebut, Pak Yusuf menyatakan bahwa ada banyak kelebihan yang didapatnya dengan berkebun anggur daripada jenis tanaman lain. Salah satunya adalah panen tiga kali setahun dengan fleksibilitas yang tidak ditemui petani dalam pertanian maupun perkebunan jenis lain yang terikat musim buahnya. Karena panen anggur tidak terikat pada musim, maka waktu panen dapat diatur sesuai kebutuhannya. Sehingga dirasa bahwa fleksibilitas ini dapat membantu banyak petani Desa Japerejo yang kesulitan mengejar musim tanamnya. Pak Yusuf menyatakan bahwa pemerintah desa juga sudah mencoba mendukung gagasannya dengan membeli bibit-bibit anggur dari perkebunannya dan mendistribusikannya ke masyarakat Desa Japerejo, dengan harapan usaha berkebun anggur dapat berkembang di Desa Japerejo dan masyarakat memiliki opsi perkebunan yang baru. Namun sayangnya usaha tersebut masih belum membuahkan perkembangan yang signifikan.

“Saya maunya orang-orang sekitar itu mau mulai ikut buat perkebunan anggur, nanti biar saya bantu perawatannya. Biar bisa mengangkat ekonomi masyarakat desa dan menarik banyak orang luar untuk datang. Jadi yang pada jualan juga laku.” Ujar Pak Yusuf ketika ditanya mengenai harapannya kedepan.